Pertama kali kumelintas deket Rainbow Bridge (ternyata) tahun 1999. Dan kedua kali tahun 2002. Kenapa kok pake “ternyata”? Karena saat itu nggak sadar kalau itu adalah Rainbow Bridge. Pergi rame-rame dengan bis air yang lalu lalang deket jembatan. Bersama rombongan dosen Unsyiah dari Tokyo dan Toyohashi, dari Asakusa ke Shimbashi. Jadi Rainbow bukanlah tujuan utama kami waktu itu.
Padahal jembatan ini lumayan beken lho. Bukan “lumayan” sih, tapi “sangat”. Bagi penggemar film Jepang, yang udah nonton Majou no Joken, kan ada tuh adegan Matsushima Nanako berkejaran dengan Takizawa Hideaki. Nah lokasinya itu ya di sini ini.
Tahun 2002 barulah pergi secara “sadar” ke Odaiba. Waktu itu ada acara farewell party dari para mahasiswa Indonesia di Tokyo. Saat itulah aku melihat Rainbow Bridge secara khusyuk.
Nah sekarang apa hubungan Rainbow Bridge dengan Odaiba? Rainbow Bridge adalah jembatan gantung yang menghubungkan Tokyo dengan Pulau Odaiba. Kalau kita liat sepintas lalu mirip banget dengan jembatan gantung yang ada di California sono. Sama seperti China, Jepang juga suka niru-niru lho, tapi udah minta ijin dulu secara legal pastinya ya. Gambar jembatan ini sering ada di kartu-kartu telepon, cantik sekali bertabur kerlip lampu di waktu malam.
Waktu tahun 1999 itu suasananya agak mendung, sehingga fotoku dengan latar belakang Rainbow Bridge sama sekali nggak bagus, buram. Mukaku juga agak lecek karena pergi dari pagi sampai sore. So, keindahan jembatan gantung itu tidak terlihat. Kemolekannya baru terlihat di waktu malam. Bertabur kemilau lampu merah putih hijau. Bak gemintang menghias malam. Sungguh romantis dan eksotis. Tapi makan minum tidak gratis ya (edisi jadoel) hehe. Tapi ngabis-ngabisin listrik nggak sih? Ya nggaklah, nggak usah kuatir lampu-lampu hias ini menghabiskan energi listrik yang banyak. Karena energi listriknya menggunakan energi matahari yang diperoleh pada siang hari. Jadi hemat kan.
Nah, jembatan ini bisa dilewati mobil, kereta api, dan tersedia juga ruang untuk pejalan kaki. Bisa start dari Tamachi Stasiun (JR East) atau Shibaura Stasiun (Yurikamome). Tapi lumayan jauh juga lhoo, sekitar 1,7 km. Boleh deh untuk yang seneng jogging atau olahraga santai. Waktu tempuhnya sekitar 30-45 menitan.
Pemandangan dari sini keren punya. Sisi yang ditawarkan berbeda-beda nuansanya. Tinggal pilih, mau jalur Utara atau Selatan. Jika jalur Utara menawarkan pemandangan kota Tokyo dengan gedung pencakar langitnya, jalur Selatan menawarkan pemandangan Odaiba dan Teluk Tokyo. Kalau aku menyarankan mending pilih Odaiba aja deh, karena nuansanya beda. Ada Patung Liberty juga lho. Nah, serasa di Amerika kan.
Nah sekarang kita beralih ke Odaiba. Terletak di Minato-ku, dekat dengan pelabuhan Tokyo. Dibangun saat Dinasti Meiji, dulunya Odaiba dibangun untuk melindungi Jepang dari serangan kapal asing yang datang. Semacam benteng gitulah. “Daiba” sendiri memang berarti “Benteng”. Lalu disempurnakan pada tahun 80-an, menjadi salah satu kota bisnis untuk distrik Tokyo. Jika berkunjung ke sini, kesan “Millenia” memang nggak bisa dilepaskan, sehingga menjadi impian para turis.
Uniknya, Odaiba adalah pulau buatan yang dibangun dari timbunan sampah. Jadi tadinya laut dangkal terus ditimbun sampai jadi pulau. Wah idenya bagus ya, sampah daripada nggak tau mau dikemanain bagusnya ya ditimbun aja, dijadiin pulau. Jadi bermanfaat kan. Sekali tepuk dua lalat mati. Wah apa maksudnya tuh.
Nah, fasilitas apa aja sih yang bisa dinikmati di Odaiba? Banyak sodara-sodara, banyak banget, antara lain:
* FUJI TV BUILDING , lebih populer dengan sebutan Fuji Terebi. Kehadiran bangunan ini sangat mencolok, dengan bola raksasanya. Kita bisa masuk ke dalamnya untuk melihat suasana sebuah stasiun TV, dan menikmati pemandangan Tokyo dari observatory berbentuk bola raksasa yang unik. Selain itu Fuji TV juga menyelenggarakan berbagai even terutama di musim panas dan dingin, berisi acara-acara TV yang ditayangkan Fuji TV.
*DECKS TOKYO BEACH, semacam pusat perbelanjaan Odaiba, tempat makanan, butik, cafe serta restoran, atau bisa dikatakan “tempat kongkow”. Decks Tokyo Beach lebih dikenal di Jepang dengan sebutan “DAIBA LITTLE HONGKONG” atau “TOKYO JOYPOLIS”.
*AQUACITY ODAIBA. Di sini ada restoran, cafe, serta 13 screen cinema complex. Di samping itu kita bisa lihat dek atau sisi dalam dari Rainbow Bridge.
*TELECOM CENTER, masuk ke sini bayar 400 yen. Kalo mau coba naik hingga lantai teratas, dari sana bisa ngeliat keindahan Gunung Fuji.
*National Museum of Emerging Science and Innovation , Ini dia tempatnya si motor bebek Honda. Gedung museum nasional Honda, banyak menceritakan kehebatan teknologi Jepang. “ASIMO” Honda, robot cerdas yang selalu bikin terkagum siapa pun bisa ditonton di sini. Setiap tahun, robot cerdas ini selalu diperbaharui manuver gerakan atau kecanggihan pikirnya.
*PALLETE TOWN, pusat hiburan Odaiba. Untuk wanita, di dalam kota kecil ini terdapat Venus Fort, mall bernuansa Eropa kuno (desainer dari Italia dan Prancis). Untuk pria, ada Sun Walk dan Mega Web, gedung milik Toyota berisi pameran mobil, sering dipake untuk konser juga. Sedangkan untuk anak muda, ada Leisure Land, pusat hiburan yang dilengkapi dengan Ferris Wheel (bianglala raksasa). Komplit kan.
*PANASONIC CENTER, dari namanya udah keliatan, gedung Panasonic. Gedung untuk mamerin hasil karya Matsushita group, dari Nintendo, kamera terbaru, TV screen, serta produk lainnya.
*FUNE NO KAGAKUKAN, atau museum maritim. Uniknya, museum ini berbentuk kapal sehingga menarik minat anak-anak untuk memasukinya. Lagi-lagi ide yang brilian bukan. Biasanya orang kan males masuk ke museum karena auranya yang membosankan. Tapi dengan didesain seperti ini, kesan membosankan sama sekali gak ada.
Nah, itulah sekelumit cerita tentang Odaiba, salah satu kawasan yang memamerkan kemodernan kota Tokyo. Tak cukup sehari untuk menelusuri semua wahananya. Dan juga tak cukup sekali. Jadi, aku berharap bisa kembali lagi ke sini suatu saat nanti. Itu pintaku. Semoga ya Rabb.