Kyoto, merupakan destinasi impianku sejak lama. Dan akhirnya, impian itu terwujud di suatu musim panas, saat hamil anak kedua yang kembar. Sejak awal sebenarnya sudah ragu-ragu. Tapi mengingat ini adalah kesempatan terakhir, ya akhirnya Bismillah aja.
Pilihan kami jatuh pada Istana Nijo, yaitu tempat tinggal para shogunat. Salah satu situs yang dilindungi oleh UNESCO dan salah satu ikon kebudayaan di Kyoto. Sebagaimana layaknya sebuah istana di Jepang, bangunan ini dikelilingi oleh parit. Tujuannya agar susah dijangkau oleh musuh. Ingatanku melayang pada `Perang Khandak` di jaman Rasulullah SAW. Guna menghindar dari terjangan musuh, dibuatlah parit yang lebar di sekeliling daerah pertahanan. Terus terang aku heran dengan adanya kemiripan ini. Tapi daripada heran, mendingan kita masuk ke dalam yuk.
![](https://klikjaring.com/wp-content/uploads/2022/07/Di-depan-Ninomaru.jpg)
Sebelum masuk, kami beli karcis dulu seharga 600 Yen. Harga standar untuk tempat-tempat wisata di Jepang. Memasuki kawasan Istana Nijo yang berarsitektur Jepang kuno, aku langsung teringat film-film Jepang tempo dulu, dengan setting istana dan para ahli pedangnya alias Samurai. Seolah-olah aku terlempar pada masa 400 tahun yang lalu, masa dimana kekuasaan berada di tangan para Samurai. Istana Nijo ini merupakan tempat tinggal dari dinasti Shogun Tokugawa. Selain itu juga menjadi tempat peristirahatan para shogun yang datang ke Kyoto setelah menempuh perjalanan dari Tokyo.
Pertama-tama kita melewati Karamon, yaitu pintu gerbang utama. Karamon ini terbuat dari kayu-kayu yang besar dan dicat warna hitam. Dihiasi dengan ukiran berwarna kuning emas. Kontras dan elegan. Istana yang dibangun oleh Tokugawa Ieyasu pada tahun 1603 ini luas seluruhnya 8.000 meter persegi. Bayangkan gimana luasnya. Terdiri dari dua bangunan utama yaitu Ninomaru dan Honmaru, beberapa bangunan pendukung dan beberapa taman.
Sekarang yuk kita masuk ke Istana Ninomaru. Pertama-tama harus antri dulu, karena ternyata pintu masuk dan pintu keluarnya sama. Jadi biar nggak penuh sesak di dalam. Kalau udah mencapai kuota, siap-siap ditolak ya, dan mengantri untuk ikut gelombang berikutnya. Istana ini luasnya 3.300 meter persegi, terdiri dari lima bangunan, dengan 33 kamar dan 800 tatami (kebayang kan guedenya). Begitu masuk ke dalam, diriku langsung terpesona oleh kemegahan dan keindahan laiknya sebuah kediaman maharaja. Bangunan yang terbuat dari kayu Hinoki (Chamaecyparis obtuse) ini didekorasi dengan daun emas dan ukiran kayu yang rumit. Belum lagi pintu dorong dan dinding-dindingnya yang dilukis dengan lukisan yang sangat indah. Pelukisnya adalah para seniman dari sekolah Kano seperti Kano Nanobu dan Kano Eigaku. Tanganku sebenarnya gatal pingin mengambil foto, tapi sayangnya tidak diperkenankan memotret di sini. Sayang ya.
Ada hal unik dari istana ini yaitu lantai bulbulnya (Nightingale Floor). Kalau kita menginjak tatami di bagian depan (koridor) akan terdengar bunyi cicit seperti burung. Sempat heran juga dengan suara berisik ini, apa sih maksudnya. Ternyata hal ini dimaksudkan untuk melindungi para shogun dari serangan diam-diam para penyusup atau maling. Lho, emangnya jaman dulu ada maling ya, hehe. Yah, pokoknya penjahatlah.
Kaki udah pegeeel banget, nafas pun udah tersengal-sengal. Tapi sepertinya belum ada tanda-tanda akan mencapai ‘finish’ nih. Saat itulah aku bisa meresapi arti kata ‘No Way Back’. Mau balik lagi, nggak mungkin, jadi melawan arus kan. Kita tetap harus berada dalam barisan, berjalan beriringan, menuruti arahan dari pemandu. Nggak boleh semaunya sendiri. Jadi kalau mau ikut keliling Istana Ninomaru ini, harus mempersiapkan stamina dengan baik. Jangan sampai di tengah jalan tiba-tiba ngegelesor, nggak kuat jalan lagi. Malu-maluin kan.
Oh ya hampir lupa, di dalamnya kita juga bisa melihat replika para shogunat beserta keluarganya. Asyik kan. Misalnya replika shogun Tokugawa Ieyasu lagi rapat beserta para menterinya. Atau para selir yang sedang melayani permaisuri. Ternyata para selir itu juga bertugas untuk menyiapkan makanan buat permaisuri lho. Jadi kedudukan permaisuri sebagai `nyonya besar` kental sekali di sini.
Akhirnya, sampai juga di titik akhir. Alhamdulillah. Keluar dari Istana Ninomaru, masih ada Istana Honmaru. Aku sudah kuatir aja, takut keliling lagi kayak tadi, ggak kuat. Tapi untung kami cuma lewat aja, nggak masuk. Istana Honmaru ini luasnya 1600 meter persegi, terdiri dari empat bagian yaitu kamar tamu, ruang resepsi dan hiburan, ruang masuk serta dapur.
Nah sekarang pertanyaannya adalah, kapan sih terakhir kali Istana Nijo digunakan? Jawabannya adalah tahun 1867. Jadi di Kastil Nijo inilah dinasti Shogun Tokugawa berakhir. Tragis ya. Aku jadi ingat pernyataan suamiku sewaktu aku kelelahan sewaktu mengitari Istana Ninomaru. Katanya,
“Bahwa seberapa pun besarnya kekuasaaan seseorang, betapa pun kayanya dia, itu tidak akan abadi. Itu akan berakhir dan hanya menjadi masa lalu belaka.” Aku hanya manggut-manggut saja mendengarnya.