Bagi bangsa Jepang, Toyotomi Hideyoshi merupakan tokoh legendaris. Beliau berjasa dalam menyatukan Jepang dan mengakhiri era perang saudara pada abad ke-16. Sampai hari ini, lebih dari 400 tahun setelah kematiannya, semua anak sekolah di Jepang mengenal namanya, sementara tak terhitung jumlah biografi, novel, drama dan film – bahkan video game – menceritakan kembali kisahnya atau menampilkan karakternya.
Awalnya, aku mengira bahwa kepemimpinan Hideyoshi diwariskan secara turun temurun dari leluhurnya. Karena yang aku tahu, gelar ‘raja’ biasa diwariskan kepada ‘putra mahkota’ atau anaknya sebagai pewaris tahta. Jadi kupikir gelar ‘shogunat’ itu pastilah diwariskan dari orangtuanya. Ternyata dugaanku salah. Pada suatu musim panas, aku berkesempatan mengunjungi Kastil Osaka. Bangunan ini dulunya merupakan benteng pertahanan Hideyoshi dan sekarang beralih fungsi menjadi sebuah museum. Ketika mengamati sebuah display, aku terperanjat.
Di situ diceritakan bahwa Hideyoshi berasal dari kalangan rakyat jelata. Lahir di Desa Nakamura, provinsi Owari, ayahnya -Yaemon- adalah seorang petani miskin. Jadi bukan dari golongan samurai. Masa kecil Hideyoshi penuh dengan penderitaan, apalagi karena semasa kecil beliau sangatlah nakal. Penampilannya pun tidak meyakinkan, tinggi badannya 150 cm, berat 50 kg, bertubuh bungkuk, tidak atletis, serta berwajah merah dan keriput sehingga dia dijuluki “Monyet”. Penampilan fisik seperti ini membuatnya tidak memenuhi syarat menjadi seorang samurai.
Pikiranku diselubungi tanda tanya, mengapa rakyat jelata miskin dengan postur tubuh yang tidak mendukung seperti itu bisa menjadi seorang shogunat? Bukankah seorang shogunat haruslah berasal dari golongan samurai? Jalan apakah yang ditempuhnya sehingga beliau bisa mencapai obsesinya menjadi seorang samurai? Bukankah predikat samurai itu hanya diberikan kepada mereka yang lahir dari keluarga terhormat? Dan dengan postur tubuh yang mendukung pula. Tapi mengapa Hideyoshi bisa mewujudkan itu semua? Mengapa dan mengapa? Ribuan tanda tanya memenuhi kepalaku tanpa bisa kujawab dengan pasti.
Jalan yang ditempuhnya pastilah sangat terjal dan berliku. Harus mendaki gunung yang tinggi dan tebing yang terjal. Sungguh suatu usaha yang tidak mudah. Orang ini pastinya memiliki tekad sekeras baja, sehingga bisa mengalahkan para pesaingnya yang berdarah biru.
***
Karir Hideyoshi diawali ketika Hideyoshi mulai bekerja sebagai bawahan kelas rendah untuk Oda Nobunaga pada tahun 1554. Hideyoshi bekerja antara lain sebagai kepala tukang kayu dan kepala bagian dapur di Istana Kiyosu. Hideyoshi bekerja dengan rajin dan berhasil menarik perhatian Oda Nobunaga yang terkesan dengan hasil pekerjaan Hideyoshi.
Yang menarik, walaupun orang-orang di sekitarnya sering menganggap remeh pekerjaannya, Hideyoshi melakukannya dengan sepenuh hati dan jiwa. Dia senantiasa berpendapat bahwa tidak ada pekerjaan yang remeh. Bukankah pekerjaan sekecil apa pun adalah mulia bila dilakukan untuk melayani orang lain?
Pada suatu musim dingin yang membeku, Hideyoshi menunggu Oda Nabunaga di luar rumah kayu tempatnya mengadakan rapat sambil memegangi sandalnya.
Hideyoshi merasa sangat kedinginan tetapi dia tidak ingin sandal atasannya menjadi dingin. Karena itu dia mendekap erat sandal tersebut di dadanya
untuk menghangatkannya. Oda Nabunaga sendiri begitu terharu menyaksikan pengorbanan yang luar biasa dari bawahannya ini.
Dapatkah juga Anda membayangkan bagaimana Hideyoshi “memilih” caranya untuk hidup? Dia tahu persis bahwa atasannya senantiasa beraktivitas sepanjang waktu. Karena itu dia memilih kamar yang terdekat dengan pintu masuk kastil.
Tempat tidurnya terbuat dari tumpukan jerami yang tersebar di lantai tanah, tetapi dengan beristirahat di sana dia bisa terus memantau dan menangkap pergerakanOda Nabunaga. Serta merespon keinginannya secara sangat cepat meskipun dia tidak pernah merasakan tidur yang nyenyak sepanjang malam.
Dengan cara seperti ini Hideyoshi bukan hanya melayani melainkan juga dapat mengantisipasi segala pernak-pernik kebutuhan atasannya dengan sepenuh hati.
Ketika suatu pagi terjadi kebakaran di kastil dia telah terbangun jauh sebelum tanda bahaya diserukan dan secepat mungkin mempersiapkan kuda untuk
atasannya. Maka tatkala sang atasan bergegas akan menyelamatkan diri, dia muncul dengan kudanya yang sudah berpelana dan bisa langsung ditunggangi atasannya.
Bahkan ketika suatu hari Oda Nabunaga berkemah dalam suatu situasi yang penuh dengan kepungan kabut, setiap malam dia mendengar suara orang yang berkeliling di area perkemahan setiap malam sambil berteriak, “Tetap waspada!”
Saking penasarannya Nobunaga kemudian mencari identitas si penjaga malam dan terhenyak serta begitu terkesan begitu tahu bahwa orang itu tidak lain tidak bukan adalah anak buahnya yang setia: Hideyoshi.
Kemudian pada tahun 1557 dia kembali ke Owari dan mengabdi pada Oda Nobunaga,
yang waktu itu masih sangat muda ketika mewarisi klan Oda dari ayahnya yang gugur dalam perang; Oda Nobuhide. Waktu itu, Kinoshita Tokichiro diangkat sebagai pembawa sandal Oda Nobunaga.
Pada tahun 1560, Tokichiro ikut bertempur dalam perang Okehazama, dan pada tahun 1564 dia mendapat nama Hideyoshi atas keberhasilannya mempengaruhi beberapa jenderal pendukung Saito Dousan agar berpihak pada Oda Nobunaga. Dan pada tahun 1567 berkat Hideyoshi, Kastil Inabayama milik Klan Dousan pun dapat dengan mudah dilumpuhkan (dengan cara Hideyoshi dan beberapa orang menyusup melewati jalan di belakang kastil, kemudian membuat kekacauan di dalam kastil yang membuat pertahanan mereka jadi kacau balau). Atas jasa tersebut Hideyoshi memperoleh nama keluarga Hashiba, jadi saat itu nama lengkapnya adalah HASHIBA Hideyoshi.
Toyotomi Hideyoshi konon pernah membangun Istana Sunomata dalam waktu semalam, mempertaruhkan nyawa dalam Pertempuran Kanegasaki agar posisi Oda Nobunaga yang sedang terjepit maut bisa lolos melarikan diri, dan pernah menyerang Istana Takamatsu dengan banjiran air.
Secara perlahan dan meyakinkan, Hideyoshi berhasil memenangkan berbagai pertempuran, dan pangkatnya yang awalnya hanya pembawa sandal, kemudian menjadi seorang perwira dengan sedikit anak buah, akhirnya mendapatkan kepercayaan penuh dari Oda Nobunaga untuk membawahi lebih dari 15.000 orang pasukan, dan dengan suksesnya memperluas wilayah kekuasaan klan Oda.
Pada 20 Juni 1580, Oda Nobunaga terbunuh oleh pengkhianatan anak buahnya sendiri; Akechi Mitsuhide, di Honnoji (Kuil Honno) di Tokyo. Kemudian, Hideyoshi dan anak tertua Nobunaga, Nobutada, memimpin pasukan untuk menumpas Akechi Mitsuhide, dan menang dalam pertempuran Yamazaki.
Kemudian, Hideyoshi memimpin peninggalan klan Oda dan terus melanjutkan ekspansinya untuk menguasai Jepang.
***
Di suatu musim yang sangat dingin, ketika Oda Nobunaga sedang mengadakan rapat di sebuah rumah kayu, aku menunggunya di luar sambil memegang sandalnya. Aku menghangatkan sandalnya dengan tubuhku yang sedang membeku. Ketika sang panglima perang keluar, dia terharu melihat dedikasiku yang begitu tinggi dan sejak itu karirku meningkat signifikan. Pesanku,”Jika kau ingin memiliki pengikut yang setia, dedikasikan dirimu kepada pemimpinmu”. Toyotomi Hideyoshi.
Inisiatif dan keberanian serta dedikasi seorang Toyotomi Hideyoshi telah menunjukkan bahwa ketika kita ingin mencapai puncak dalam perusahaan kita, yang kita butuhkan adalah “trust” dari atasan, kedua yang kita perhatikan adalah seberapa nyaman atasan kita terhadap cara kita bekerja, dan kemudian yang ketiga adalah loyalitas kita terhadap atasan kita. Sesuai dengan pesan dari Toyotomi Hideyoshi, “Dedikasikan dirimu untuk pemimpinmu dan dia akan mendedikasikan dirinya untukmu”.