Bagaimana sulitnya menjalani kehidupan di negeri orang tentu mudah untuk dipahami. Segala sesuatu haruslah dikerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain. Bagi mereka yang sudah terbiasa hidup mandiri tentu masalah ini dapat segera diatasi. Namun lain ceritanya dengan mereka yang tergolong ‘anak mami’. Perlu waktu lama untuk menyesuaikan diri, beradaptasi dengan lingkungan dan kondisi yang senantiasa berubah-ubah.
![](https://klikjaring.com/wp-content/uploads/2022/07/Kodai-Koen-sakura.jpg)
![](https://klikjaring.com/wp-content/uploads/2022/07/Miyazakidai-Sta-sakura.jpg)
Mungkin saya bisa dikatakan termasuk golongan yang kedua ini. Sewaktu mengikuti suami tugas belajar ke Jepang, hal yang terberat menurut saya adalah saat-saat hamil dan melahirkan. Kedua hal itu merupakan hal yang baru buat saya. Tak heran karena saya ke Jepang saat masih pengantin baru
Menjalani masa kehamilan di negeri sendiri tentu berbeda dengan di negeri orang. Di negeri kita, biasanya ibu hamil cenderung dimanjakan. Tidak boleh bekerja keras, dan sedapat mungkin dituruti keinginannya. Berbeda halnya di Negeri Sakura. Di sini, karena jasa pembantu mahal, ibu hamil tetap harus beraktivitas seperti biasa. Bagi ibu rumah tangga, urusan rumah tetap jadi tanggung jawabnya. Nggak mungkin kan, urusan masak-memasak diserahkan ke suami. Di Indonesia, jika kita sedang malas masak, kita tinggal membeli makanan jadi di restoran atau kantin. Tapi di Jepang, di mana muslimnya minoritas, kita tidak bisa sembarangan membeli makanan jadi. Bisa-bisa yang kita beli itu mengandung bahan makanan yang haram. Wah, ngeri ya. Na’udzubillaahi min dzaalik deh. Kalau kebetulan punya tetangga orang muslim sih agak mendingan, bisa katering dadakan. Tapi kalau tidak, mungkin jenis makanan sejenis mie instant atau abon bisa banyak membantu. Begitu juga dengan jenis makanan yang bisa tahan lama seperti rendang,kering tempe dan teri kacang
Saya tinggal di tengah-tengah komunitas mahasiswa Indonesia. Mereka adalah teman-teman sekampus suami saya di salah satu Institut Negeri di Tokyo. Sebagian besar mahasiswa pascasarjana tersebut membawa serta keluarganya ke Jepang. Para istri mahasiswa inilah yang kemudian menjadi teman senasib sepenanggungan dengan saya. Sejak pertama kali saya datang, mereka sudah bersikap ‘welcome’ kepada saya. Mereka berusaha membantu apa saja yang sekiranya saya perlukan. Saat saya hamil pun mereka berusaha membantu. Ada yang meminjamkan buku seputar kehamilan dan persalinan; memberi informasi seputar ibu dan anak; juga memberi ataupun meminjamkan berbagai keperluan bayi. Saat mengetahui saya hamil, seorang sahabat menelepon dan bertanya, “Mbak Mala mau dimasakin apa? Biasanya kan orang hamil muda suka ngidam…” Walaupun saat hamil pertama tersebut saya tidak ngidam, tapi pertanyaan itu meninggalkan kesan yang mendalam di hati saya. Jika beliau memasak makanan yang istimewa atau dapat kiriman dari tanah air, beliau pasti mengundang saya untuk sekadar mencicipi makanan tersebut. Rupanya beliau sangat mengerti kondisi ibu hamil yang suka makanan yang enak-enak, terutama yang khas Indonesia
Masa-masa hamil dan melahirkan merupakan masa-masa yang sangat berat bagi seorang wanita. Untuk itu dukungan, baik moril maupun materil dari orang-orang terdekat mutlak diperlukan. Saat berada di negeri orang, jauh dari keluarga, sanak saudara maupun handai tolan, otomatis orang terdekat kita menjadi terbatas jumlahnya. Suami, bisa dikatakan menjadi orang yang paling dekat dan berpengaruh bagi para istri. Setelah itu barulah orang-orang di lingkungan terdekat, seperti tetangga maupun komunitas Indonesia yang tinggal satu kawasan. Dengan adanya bantuan dari orang-orang yang dekat dengan kita, masa-masa hamil yang berat ini akan menjadi sedikit lebih ringan.