Negeri Jepang identik dengan sakura. Setiap sakura mekar, orang Jepang beramai-ramai menyaksikan keindahannya. Mekarnya sakura merupakan lambang telah tibanya musim semi. Mereka punya tradisi yang dinamakan “hanami”. Hanami berasal dari kata “hana” yang berarti “bunga”, dan “miru” yang berarti “melihat”. Jadi hanami berarti “melihat bunga”. Tradisi hanami merupakan tradisi Jepang dalam menikmati keindahan bunga, khususnya sakura.
![](https://klikjaring.com/wp-content/uploads/2023/03/Sakura.jpg)
![](https://klikjaring.com/wp-content/uploads/2023/03/Ume-Persilangan.jpg)
![](https://klikjaring.com/wp-content/uploads/2023/03/Ume-Pink.jpg)
![](https://klikjaring.com/wp-content/uploads/2023/03/Ume.jpg)
Rombongan demi rombongan berpiknik menggelar tikar dan duduk-duduk di bawah pepohonan sakura. Umumnya mereka membawa bento atau bekal makanan yang dipersiapkan dari rumah. Semuanya bergembira. Ada kelompok keluarga, kelompok perusahaan, organisasi, sekolah dan lain-lain.
Namun sebenarnya istilah hanami pada awalnya adalah upacara melihat bunga ume (Prunus mume), bukan sakura. Tradisi ini dimulai jauh sebelum periode Nara (710-784) dan berlangsung hingga periode Heian (794-1185).
Tempat yang populer di Tokyo untuk melihat Ume Matsuri (Festival Ume) adalah Yushima Tenjin, Kosihikawa Korakuen dan Hanegi Park di Setagaya.
Menurut kisah sejarah, kebiasaan hanami dipengaruhi oleh raja-raja Cina yang gemar menanam pohon ume di sekitar istana mereka. Di Jepang para bangsawan pun kemudian mulai menikmati mekarnya bunga ume, yang dinamakan “Ume Matsuri”.
Sejak periode Heian (794-1185) sakura lebih menarik untuk dilihat. Saat Kaisar Saga memimpin, tradisi melihat bunga ume diganti menjadi tradisi melihat bunga sakura dan akhirnya hanami sinonim dengan sakura. Istilah hanami sebagai “cherry blossom viewing” pertama kali terkenal pada periode Heian dalam novel Tale of Genji.
Di masa lalu, hanami adalah sebuah proses meditasi dan ritual. Mereka menjadikan mekarnya bunga sebagai sarana kontemplasi pada Sang Pencipta. Di situlah momen baik untuk bersyukur dan berserah diri. Mereka melakukan upacara minum teh, dan kadang memberi persembahan. Mereka juga berdoa agar panen berhasil dengan baik.
Tapi sayangnya, makna hanami telah mengalami pergeseran. Jika dulu hanami merupakan sarana kontemplasi pada Sang Pencipta, sekarang tidak lagi. Banyak anak muda sekarang yang lebih tertarik pada senang-senang dan pestanya, daripada memikirkan makna hanami sebenarnya. Ada pepatah Jepang yang berbunyi, ‘hana yori dango’, yang artinya kira-kira, makanan lebih penting daripada esensi melakukan hanami. Banyak anak muda yang membawa sake dan minum-minum hingga mabuk. Tentu hal ini bukan esensi dari hanami.
Pada tahun 2012, terlihat suasana yang berbeda di Yushima Tenjin. Selain mengagumi bunga ume, sebagian besar pengunjung berkontemplasi dengan khusyuk. Mekarnya ume tahun 2012 ini juga menandai peringatan satu tahun bencana gempa bumi Tohoku Maret 2011. Oleh karena itu, banyak terlihat orang yang merenung dan menundukkan kepala.
Referensi:
http://junantoherdiawan.com/2012/03/03/ume-matsuri-tradisi-tertua-melihat-bunga-di-jepang/
http://mungq-midori.blogspot.com/2011/04/hanami-cherry-blossom-viewing.html